Penulis: Arundhati Roy
Penerbit: Yayasan Obor Indonesia
Penerjemah:Rahartati Bambang Haryo
Bagi saya, Estha
dan Rahel adalah kembar yang unik. Unik dari segi penampilan mereka, sifat
mereka, cara mereka melihat sesuatu, dan spontanitas mereka. Pada diri Ammu
saya menemukan perasaan putus asa (menghadapi kenyataan hidup, tradisi yang
kuat), perasaan gagal, dan rasa terpinggirkan dari dunia sekitarnya. Pada diri
Velutha, ada semangat hidup yang berkobar namun tak berdaya menghadapi tradisi
kasta yang sangat kuat di kala itu. Bagi saya, ketiga tokoh ini adalah
representasi dari segala “Yang Maha Kecil” : Ammu lahir dari keluarga Kristen
Syria yang terhormat namun sebagai anak perempuan, dalam tradisi Kristen Syria
tak berhak atas warisan apapun, yang kawin campur dengan pemuda hindu lalu
cerai. Itu artinya aib berlipat ganda. Estha dan Rahel sebagai anak dari Ammu
dalam kehidupan sehari-hari menyadari juga
rasa terpinggirkan, rasa tak berarti (perasaan itu pada akhirnya
membentuk pribadi mereka) sedangkan Velutha, datang dari kaum Paravan; kasta
yang tak dapat disentuh (kaum Paravan diminta merangkak mundur dengan memegang
sapu, untuk membersihkan bekas tapak kaki mereka sehingga kasta Brahma atau
Kristen Syria tidak perlu harus mengotorkan diri dengan menginjak bekas kaki
Paravan. Kaum Paravan, seperti juga kaum Untouchable lainnya, tidak
diperkenankan berjalan di jalanan umum. Mereka dilarang menutupi bagian atas
tubuhnya, mereka dilarang membawa paying, dan mereka diwajibkan menutup mulut
dengan tangan ketika sedang berbicara, untuk mengenyahkan polusi nafas mereka
dari lawan bicara (halaman 89))
Velutha
—
yang menurut Ammu adalah dewa hal-hal kecil— dapat melakukan pekerjaan apa
saja; tukang kayu, memperbaiki mesin pabrik, listrik, dan sebagainya. Kemampuan
yang luar biasa itu oleh Mamachi jika bukan dilahirkan dalam kaum Paravan
Velutha sudah menjadi Insinyur.
Lewat ketiga
tokoh itulah Arundanthi Roy mencoba mendobrak dan menggugat tradisi-tradisi
dalam masyarakat India seperti sistem kasta yang dipertanyakan, tradisi Kristen
Syria yang karena satu dan lain hal dianggap najis, tak sama dan tak layak berdampingan
dengan kasta yang lebih tinggi atau terhormat. Pemisahan itu didasarkan atas
kasta, ras, etnis, kelas, agama, orientasi sexual. Tokoh-tokoh seperti Mamachi,
Baby Kochama, Chacko, inspektur polisi, Kamered Pilai merupakan representasi
dari tradisi tersebut. Tradisi yang menempatkan manusia lain seperti anjing
paria ( bahasa Mamachi), lebih redah dari manusia lain. Di sini hak-hak manusia
dipertanyakan, digugat, dan diperjuangkan. Lewat novel itu pula, Arundhanti Roy
mengkritik Partai Komunis dan gereja Kristen yang memperjuangkan persamaan
namun tak berdaya menghadapi tradisi dalam kehidupan masyarakat.
Hingga akhirnya
pada bab terakhir Novel, Arundanthi Roy menggambarkan (lewat hubungan seks
antara Ammu (dari kasta touchable) dengan Velutha (dari kasta untouchable))
bahwa tak ada perbedaan kasta lagi, bahwa manusia sama di hadapan yang
mahakuasa, bahwa setiap manusia berhak memilih untuk dirinya sendiri siapa yang
harus dicintai tanpa membedakan Kasta. Lewat hubungan seks itu pula Arundhanti
Roy ingin mengatakan bahwa semua haru dipersatukan yang touchable dan
untouchable.
Bagi saya yang
awam dengan karya sastra bermutu tinggi, The
God Of Small Things karya Arundhati Roy, sangat rumit ( terutama bahasa dan
alurnya) tetapi menarik, indah, dan menggugah rasa kemanusiaan dengan tema yang
diangkatnya. Teknik dan gaya bertuturnya pun sangat menarik penuh dengan imaji
yang mampu memancing pembaca untuk berpikir jauh.
Saya tidak dapat
mengatakan semuanya di sini, karena keterbatasan untuk memahami cerita dan tema
yang diangkat. seperti juga saya mungkin anda yang masih awam mesti membaca
tiga kali. Saya membaca novel tersebut yang kedua kalinya karena ingin memahami
lebih dalam tema dalam novel tersebut dan karena ia begitu indah dan menarik. Saya
juga sering merasa bahwa kenyataan yang dihadapi tokoh-tokoh yang terpinggirkan
dalam novel itu sering terjadi juga dalam kehidupan saya. Jadi saya sangat
mencintai novel ini. Saya seperti menemukan dan memiliki teman baru pada diri
novel ini.
Tentu anda penasaran bukan? Saya tak
harus mengatakan semuanya di sini! Saya harus mengatakan pada anda bahwa novel “The
God Of Small Things” karya Arundhati
Roy wajib anda baca!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar