Sempurnah, Hutang, Warnah, Hisap
Beberapa minggu yang lalu, di Grup Facebook Sumba
Barat Daya, saya menemukan sebuah postingan yang menarik untuk diteliti. Postingan
tersebut ditulis oleh saudara Phasa Joshua. Isi postingan: Ia mempertanyakan
gejala kebahasaan dalam dialog keseharian orang Sumba yang sering menamba bunyi
[h] di awal atau di akhir sebuah kata. Misalnya, sempurnah, hutang, warnah, himbau, hisap dan sebagainya.
Fenomena
kebahasaan seperti yang disebut Phasa Joshua di atas disebut interferensi
bahasa. Interferensi bahasa merupakan salah satu bentuk penyimpangan kaidah
kebahasaan. Interferensi bahasa terjadi salah satunya karena seseorang menguasai
lebih dari satu bahasa, akibatnya ketika berbicara bahasa Indonesia seseorang sering
terpengaruh oleh bahasa daerah, misalnya.
Hal yang sama juga sering dijumpai dalam masyarakat Jawa,
kata-kata “nyeberang, nyimpen, ngatur, nunggu” sering saya dengar. Kata dasar seberang, simpan, atur, dan tunggu
mendapat awalan N- bahasa Jawa. Bahasa Jawa memiliki 4 alomorf n-, m-, ng-, dan ny-. Jadi ketika berbicara, orang Jawa sering terpengaruh oleh
bahasa daerahnya atau melakukan interferensi,
dalam kasus bahasa Jawa tadi disebut interferensi
morfologis, karena ada penambahan afiks N- bahasa Jawa pada kata dasar bahasa Indonesia.
Merujuk pada contoh di atas, kata-kata: Sempurnah, hutang, warnah, himbau, hisap
menurut saya, juga merupakan bentuk interferensi bahasa khususnya interferensi fonologi. Kata dasar sempurna, utang, dan warna mendapat penambahan
fonem [h]. Hanya saja apakah
interferensi tersebut terjadi karena pengaruh bahasa daerah (misalnya bahasa Wejewa, Loura, Kodi dsb)? Lantaran sebagaian
masyarakat Sumba rata-rata menguasai beberapa bahasa daerah karena kawin mawin.
Perlu dicatat bahwa interferensi itu terjadi pada penutur yang bilingual atau
menguasai lebih dari satu bahasa.
Menurut saya, perlu ada penelitian yg mendalam
soal morfologi dan fonologi
(dan unsur kebahasaan lainya) bahasa-bahasa daerah di Sumba. Selama ini belum ada. Ini penting sebagai bentuk pelestarian
budaya khususnya bahasa daerah agar tidak sampai hilang!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
Sinopsis cerpen “Catatan Seorang Pelacur“ bercerita tentang refleksi panjang seorang wanita penghibur bernama Neng Sum tentang kehidu...
-
Cerpen "Jalur-jalur Membenam", setelah saya baca, sangat menyentuh. Jalan ceritanya mengalir dengan dialog-dialog yang begitu men...
-
Rumah kami letaknya tiga rumah dari jalan besar. Kebanyakan rumah di kompleks itu berlantai dua dan memiliki cat tembok yang berbeda-beda. ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar