Menjelang
sore di kota Yogyakarta, hujan baru saja berhenti menyisahkan gemericik
butir-butir air dari genteng rumah. segelas kopi panas menemaniku menunggu
senja. seteguk kopi mengantar saya pada banyak peristiwa hidup yang telah saya
alami. kebahagian, kesedihan, keterpurukan, putus asa, namun saya dapat bangkit
dan maju menantang hidup ini. sampai saat ini saya sadar, bahwa kebangkitan
dari keterpurukan tak lepas dari sesuatu yang tidak saya ketahui. sesuatu itu,
selalu melindungi, menuntun, menjaga sampai benar-benar tegak berdiri di bumi
ini. saya sadar, dia adalah:
Malaikat
Penjaga
Ia ada di sini sejak kita masih jadi
labirin kecil di tengah dunia
Berdiri di samping jiwa bunda,
menggenggam erat masa depan kita
Saat kita mencium bumi dengan daging
dan jiwa yang bersih
Ia berdiri tepat dihadapan kita,
meletakkan seonggak masa depan di telapak tangan
memberkati dan memercikkan air
kehidupan
Kau tahu!
Ia masih di
sini, mengikuti kemanapun kita pergi
Memayungi jiwa
dengan payung keabadian, menjaga, menuntun sampai senja
Ia masih di
sini, sampai kita berdiri tegak pada akar-akar di bumi
Sampai senja, sampai kita jadi
labirin
Ia masih di sini…
Malaikat
penjaga hadir dalam diri orang tua, adik, kakak, sahabat-sahabat kita, kenalan, Orang-orang disekitar kita. jangan pernah menyakiti mereka. karena mereka
adalah malaikatmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar