Picture from Alumni SMA Andaluri FB Page |
Sekolah ini berdiri 50 tahun yang
lalu di kota kecil Waingapu. Dibangun oleh misionaris-misionaris asal Jerman.
Hingga saat ini bangunannya masih kuat dan kokoh berdiri. Berbentuk leter U. Jika
hendak masuk ke Andaluri. Dari pintu gerbang depan jalan MT. Haryono. Kau akan
dapati tanah lapang luas dengan dua pohon waru berdiri di depan gedung itu. Di samping
pintu gerbang berdiri dengan megah papan nama SMA Katolik Andaluri. Jika musim
kemarau lapangan itu akan terlihat kering, jika musim hujan kau akan dapati
miniatur padang savana di sana. Hijau dan indah di pandang mata. Di sisi kanan
tanah lapang itu, berdiri gereja katolik sang penebus. Dari tanah lapang itu,
kau akan melihat pintu masuk ukuran besar seperti pintu selamat datang, langsung
menghadap aula sekolah, di temboknya tertulis SMAK ANDALURI 20-10-1959. Motif-motif
kain sumba timur menghiasi sudut-sudut tembok.
Aula itu cukup luas, sering dipakai
untuk acara-acara sekolah, tapi tak pernah cukup untuk seluruh anak Andaluri,
lantainya terbuat dari jubin-jubin berwarnah merah tua. Di sisi kiri Aula
terdapat dua ruangan. Yang satu berukuran sekita 4x4 m dan yang satunya lagi
sangat luas dan memanjang ke barat. Ruang kecil itu, di depan pintunya tertulis
ruang kepala sekolah dan ruang yang luas itu tertulis ruang guru. Di ruang
kepala sekolah, terdapat sebuah lemari besar berisi arsip-arsip sekolah, ada
satu meja kaca, dan dua kuris sofa motif batik. Di atas meja kaca ada miniatur
rumah adat sumba hasil kerajinan tangan siswa. Di samping lemari, ada meja
besar, di atasnya penuh buku-buku dan kertas. Ya. Inilah meja kerja kepala
sekolah. Dan ruangan ini sekalian sebagai tempat menerima tamu dan mengurus
masalah anak-anak. Ruang guru, penuh dengan meja-meja kecil, berisi buku-buku
para guru. Temboknya berwarnah kuning dan ada lukisan-lukisan motif kain sumba
timur. Di sisi kanan ruang guru ada ruang tata usaha, luas dan banyak kertas
bertumpukan di sana. Di sisi kiri ada ruang sekretaris dan bendahara, ruanganya
nya tak luas, cukup untuk sebuah meja, lemari dan sebuah kursi.
Kembali lagi ke aula, di sisi kanan
aula ada papan pengumuman dan mading sekolah yang hampir jarang di isi tulisan
oleh siswa. Di sisi kanan dan kiri ada lorong panjang. Yang sebelah kiri menuju
kantin sekolah yang selalu ramai oleh siswa-siswi. Lorong sebelah kanan menuju
kelas belakang sekolah.
Warna Kuning dan merah adalah warna
khasnya. Ada sekita sepuluh kelas di sana. Lantainya dari semen. Jendelanya
dari kaca nako. Di depan kelas, ada taman bunga yang ditumbuhi berbagai macam
jenis bunga. Di tengah gedung ada lapangan bulu tangkis, jarang dipakai untuk
bermain bulu tangkis. Sering dipakai untuk menghukup anak-anak yang terlambat
dan nakal. Saat ada porseni atau pertandingan antara sekolah barulah lapangan
ini berfungsi sebagaimana mestinya. Di sudut timur gedung ada ruang
perpustakaan, ada empat lemari di sana, berisi buku-buku tua, jarang terlihat
buku-buku baru. Ada beberapa meja dan kursi plastik di sana. Di sebelah barat
gedung, ada WC sekolah, bau pesingnya jelas sekali tercium dari jauh. Memang sering
dibersihkan oleh siswa, tapi sering pula dikotori dengan cara yang buruk. WC sekolah
bahkan sering jadi tempat nongkrong jika istirahat. Di sebelah barat lagi ada
gedung laboratorium IPA. Laboratorium ini tak dirawat dengan baik, terlihat
kotor dan beberapa tahun terakhir dijadikan kelas XII bahasa.
Memang sekolah ini tak seperti
sekolah-sekolah lain seperti sekolah negeri yang diperhatikan oleh pemerintah
dan didukung oleh fasilitas yang lengkap. sebagai sekolah swasta yang harus
berjuang sendiri, dan dilihat sebelah mata oleh pemerintah, sekolah ini tetap
berdiri kokoh, kualitas dan totalitas guru-guru adalah kunci kesuksesan dalam
melahirkan putra-putri bangsa yang berprestasi.
Bangunan tua ini boleh dikatakan, telah
menjadi tonggok sejarah perkembangan pendidikan di pulau ini. Berjuta-juta anak
negeri marapu menempuh pendidikan di sekolah ini, dari ujung melolo sampai
ujung kodi telah mencatat namanya di sekolah ini. dan hingga kini mereka telah
jadi orang-orang besar. Bapak bupati dan wakilnya tamatan sekolah ini. Masih
banyak lagi. Entah jadi apa, yang jelas mereka telah membawa pelajaran berharga
dalam menempuh hidup. Dan jika mereka yang telah besar-besar itu menceritakan
kembali kisah perjuangan mereka saat menempuh pendidikan di sekolah ini, kami
anak-anak yang baru seumur jagung ini, serasa tersentuh dan terbakar semangat.
Ya. Andaluri memang selalu begitu. Selalu
menghasilkan manusia yang berkualitas. Hingga di masa modern ini, Andaluri
tetap Andaluri. Ia tetap berdiri tegak
menentang arus zaman yang kian keras.